Minggu, 06 Februari 2011

Siklus Belajar Abduktif Empiris

Model siklus belajar (learning cycle) merupakan suatu strategi atau model pembelajaran yang dikembangkan berlandaskan pada pandangan konstruktivis. Menurut Karplus (1980) siklus belajar dapat memperluas dan meningkatkan taraf berpikir. Model ini pertama kali dikemukakan oleh Science Curriculum Improvement Study (CSIS) USA pada tahun 1970.  Lawson (1988) mengklasifikasikan  model siklus belajar dalam tiga tipe yaitu  deskriptif, abduktif empiris dan hipotetikal deduktif. Perbedaan penting di antara ketiganya adalah tingkat kemampuan siswa dalam usaha menggambarkan sifat atau secara eksplisit menghasilkan dan menguji hipotesis-hipotesis alternatif.   Ketiga tipe siklus belajar ini menempatkan kebutuhan yang berbeda-beda
terhadap inisiatif siswa, pengetahuan dan skill-skill berpikir. Menyangkut pemikiran siswa, siklus pembelajaran deskriptif umumnya hanya mengharuskan pola-pola deskriptif (misalnya klasifikasi, konversi), sedangkan siklus belajar hipotetikal deduktif menghendaki penggunaan pola-pola berpikir tingkat tinggi (misalnya mengendalikan variabel, penalaran konvensional dan penalaran hipotetikal deduktif).
Pada siklus belajar deskriptif, siswa menemukan dan mendeskripsikan pola empirik dalam konteks spesifik (eksplorasi). Guru memberikan nama (pengenalan istilah), kemudian mengidentifikasi pola-pola dalam konteks tambahan (aplikasi konsep). Jenis siklus pembelajaran ini disebut deskriptif karena siswa dan guru menggambarkan apa yang mereka amati tanpa berusaha menjelaskan observasi-observasinya. Siklus pembelajaran deskriptif menjawab pertanyaan “Apakah?” tetapi tidak memunculkan pertanyaan kausal “Mengapa?”
Tipe siklus belajar hipotetikal deduktif melibatkan pernyataan dari pertanyaan kausal dimana siswa diminta untuk membuat penjelasan alternatif. Siswa mendesain dan melakukan eksperimen-eksperimen untuk menguji hipotesis (eksplorasi).  Analisis hasil eksperimen memungkinkan beberapa hipotesis untuk ditolak, dipertahankan, dan pengenalan istilah-istilah (pengenalan konsep). Kemudian membahas konsep-konsep yang relevan dan menerapkannya dalam situasi lain (aplikasi konsep). Tipe ini mengharuskan kreasi yang eksplisit dan pengujian hipotesis-hipotesis alternatif dengan cara membandingkan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dengan hasil-hasil empiris,  karena itu dinamakan hipotetikal deduktif.
Siklus belajar abduktif empiris bersifat intermediate (antara), menghendaki pola-pola penalaran deskriptif tetapi pada umumnya melibatkan pula pola-pola berpikir tingkat tinggi.  Dalam siklus belajar abduktif empiris siswa menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konsep khusus (eksplorasi), mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya pola-pola itu. Hal ini melibatkan abduksi yaitu penggunaan penalaran analogi untuk memindahkan atau meminjamkan  konsep-konsep atau gagasan dari pengalaman masa lampau yang telah dipelajari dalam konteks-konteks lain pada konteks baru (pengenalan konsep), untuk mendapatkan hipotesis yang diinginkan. Konsep-konsep ini dapat diperkenalkan oleh siswa, guru atau kedua-duanya. Dengan bimbingan guru, siswa menganalisis data yang dikumpulkan selama fase eksplorasi untuk melihat apakah sebab-sebab yang dihipotesiskan ajek dengan data fenomena lain yang dikenal (aplikasi konsep). Pembelajaran yang dimulai dengan pertanyaan ”apakah” dan diikuti dengan pembuatan hipotesa untuk mengemukakan penyebab kemudian menguji penyebab tersebut, disebut siklus belajar abduktif empiris.
Pembelajaran siklus belajar dimulai dari fase eksplorasi melalui kegiatan mengamati, mengidentikasi konsep, kemudian pengenalan konsep oleh guru dan dilanjutkan dengan aplikasi konsep yang baru ditemukan.   Langkah-langkah untuk merancang pembelajaran dengan menerapkan siklus belajar abduktif empiris adalah sebagai berikut:
1). Fase eksplorasi
Fase eksplorasi merupakan tahap awal dan siklus belajar. Dalam tahap ini guru berperan secara tidak  langsung. Guru merupakan pengamat yang telah siap dengan berbagai pertanyaan guna membantu siswa dalam usaha mencari dan mengumpulkan fakta-fakta (Karli dkk, 2002). Pada fase ini siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi peristiwa atau situasi yang dapat diamati siswa melalui percobaan sederhana. Pengalaman ini bisa terjadi di dalam kelas, di laboratorium, atau di lapangan. Siswa diberikan waktu agar mereka bisa menyelidiki objek-objek, peristiwa-peristiwa, atau keadaan-keadaan. Selama pengalaman ini siswa akan memantapkan hubungan-hubungan, mengamati pola-pola, mengidentifikasi variabel-variabel dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dipecahkan, dengan gagasan atau pola-pola penalaran yang biasa digunakan oleh siswa. Dalam fase ini memungkinkan untuk terjadinya miskonsepsi. Dengan demikian akan timbul pertentangan dan suatu analisis tentang gagasan-gagasan yang dikemukakan sebagai hasil eksplorasi mereka. Siswa diberikan kesempatan untuk menjelajahi ide-ide lama, mengembangkan ide-ide baru, dan mendeskripsikan fenomena yang mereka alami dengan kosa kata non ilmiah. Analisis tersebut dapat menggiring siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki. Tujuan utama fase eksplorasi ini adalah untuk memantapkan secara mental suatu konsep yang diperkenalkan.
2). Fase Pengenalan Konsep
Fase pengenalan konsep adalah fase dimana guru mengumpulkan informasi dari para siswa yang berkaitan dengan pengalaman mereka dalam fase eksplorasi. Dengan menggunakan berbagai metode yang tepat serta media yang sesuai guru mengenalkan konsep-konsep. Fase ini bertujuan untuk mengenalkan  konsep baru untuk merujuk pada suatu pola tertentu. Strategi mengajar yang dapat dilakukan untuk mengenalkan konsep misalnya melalui demonstrasi, penayangan film, text-book, dan perpustakaan. Fase ini berkaitan langsung dengan eksplorasi awal dan memperjelas konsep-konsep utama bagi pembelajaran. Pada fase ini bimbingan langsung guru sangat besar sedangkan pada fase eksplorasi bimbingan langsung guru sangat kurang.
3). Fase Aplikasi Konsep
Fase aplikasi konsep menyediakan kesempataan pada siswa untuk menyelidiki suatu fenomena dengan menggunakan konsep yang sudah diperkenalkan untuk menyelidiki fenomena tersebut lebih lanjut. Siswa mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang berbeda, agar dapat memperluas konsep-konsep dalam situasi-situasi baru yang berbeda. Diusahakan agar siswa mengidentifikasi pola-pola, menemukan hubungan antar variabel, dan alasan munculnya problem-problem baru. Selama diskusi dan pertanyaan-pertanyaan, kelompok dan individu harus diyakinkan untuk berusaha menunjukkan konsep-konsep inti yang diterapkan dalam konteks yang berbeda. Tujuan pada fase ini adalah untuk menghasilkan generalisasi pada siswa atau kemampuan mentransfer ide-ide pada contoh lain yang berbeda untuk diintegrasikan dengan disiplin sains yang lebih luas lagi.
Sumber : http://fisika21.wordpress.com/

0 komentar:

Posting Komentar

TV Online

Sumber: http://www.adasains.blogspot.com/2011/10/kumpulan-script-untuk-memasang-tv.html#ixzz1FK83ANXF

Radio online

Streaming Provider By : KlikHost.com

 
Powered by Blogger